- Banyak yang menyarankan agar membacanya sebanyak 111 kali setiap hari, 99 kali, 66 kali ataupun 33 kali. Bahkan kalau mampu bisa sampai 1000 kali atau 300 kali. Semakin banyak semakin baik.
- Hendaknya diamalkan dimana saja dan kapan saja, tidak mesti harus selesai shalat fardhu saja.
- Kalau saya pribadi membaca Ya Fattah Ya Razzaq setiap selesai shalat fardu 11 kali (disamping membaca tasbih, tahmid dan takbir). Saya juga membacanya setelah selesai shalat sunat dhuha danshalat sunat tahajud. Setiap selesai dua rakaat shalat sunat tersebut sebelum melanjutkannya ke dua rakaat selanjutnya saya sempatkan membaca Ya Fattah Ya Razzaq sebanyak 11 kali. Baru kemudian saya lanjutkan dua rakaat berikutnya, selesai salam kembali membaca zikir tersebut sebanyak 11 kali. Begitu seterusnya. Karena sekarang Ramadhan saya juga mengamalkannya diantara shalat tarawih, agar puasa saya lebih berberkah dan dimudahkan.
- Uztaz Yusuf Mansyur menyarankan membacanya minimal 12 kali, yaitu 5 kali setelah shalat fardu, 1 kali setelah dhuha, 1 kali setelah tahajud dan 5 kali diantara azan dan iqamat.
Pengalaman Saya Setelah Mengamalkan Zikir Ya Fattah Ya RazzaqSaya
akui bahwa saya orang yang tidak terlalu religius. Ilmu saya masih
sedikit dan menjalankan agama sesuai dengan ilmu yang sedikit itu. Zikir
ini memang saya amalkan setelah membaca tauziah Uztaz Yusuf Mansyur
mengenai percepatan rezeki dengan zikir Asmaul Husna termasuk Ya Fattah
Ya Razzaq.
Sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak meninggalkan shalat sunat
rezeki yaitu shalat dhuha sebanyak 6 rakaat setiap harinya. Saya
usahakan untuk shalat tahajud meskipun cuma 2 rakaat (meski terus terang
lebih banyak tidurnya hehehe..).
Setelah rutin mengamalkan dengan cara di atas tadi saya tidak pernah
merasakan masalah keuangan yang berarti. Pekerjaan saya sebagai PNS
golongan III di sebuah instansi pemerintah bergaji tetap setiap bulannya
tapi Alhamdulillah saya hidup merasa tak pernah kekurangan. Setiap saya
ingin membeli sesuatu uangnya pasti tersedia. Ada-ada saja jalannya,
bisa lewat saya ataupun lewat suami yang juga pegawai negeri, Saya
membuat fikiran saya fokus pada keberlimpahan dan kebersyukuran atas
rezeki yang saya miliki dan menepis jauh-jauh perasaan kurang dan tidak
punya.
Saya tidak pernah mengatakan tidak punya uang (pada diri saya) meskipun
kenyataannya uang di kantong saya memang tidak ada dan tabungan saya
menipis. Saya selalu berfikir bahwa saya punya cukup banyak untuk
dibelanjakan dan disyukuri. Jika uang saya sedikit, sedikit juga yang
saya belanjakan dan syukurnya yang diperbanyak. Jika uang saya berlebih,
saya belanjakan sesuai kebutuhan disertai syukur karena bisa berbelanja
lebih dari biasanya.
Saya juga berusaha semampunya berbuat baik pada kedua orang tua terutama
ibu saya dan mertua. Karena kebetulan berbeda kota, setiap orang tua /
mertua mengunjungi kami tak pernah lupa untuk memberi sangu (ongkos)
sekedarnya sebelum mereka pulang, berapa kalipun mereka datang dalam
sebulan. Saya sangat paham pentingnya berbakti pada orang tua. Kepada
anak kecil seperti ponakan yang berumur SD bahkan sampai yang kuliah
sekedar memberi uang jajan 10 ribu untuk yang kecil sampai 50 ribu untuk
yang besar tak lupa saya lakukan. Saya senang melihat mereka tersenyum
dapat uang jajan / uang celengan dari saya. Terbayang waktu saya kecil
bagaimana senangnya saat ada paman / bibi yang datang dan memberi uang
jajan pada saya.
Alhamdulillah sejak saya mulai mengamalkan hal-hal tersebut di atas
mulai sekitar tahun 2011 sampai saya menulis tulisan ini di awal Juli
2015 belum pernah saya merasakan kesulitan yang berarti dalam rezeki
saya. Padahal sebelumnya saya juga sering mengalami masalah, seperti
rumah kemalingan beberapa kali, emas, uang, dan harta benda melayang
digondol orang, kecelakaan meskipun tidak parah dan sering merasa
kekurangan uang.
Saat ini meskipun kami tidak kaya berlimpah harta tapi yang peling
penting kami selalu merasa cukup. Kami bisa makan, berpakaian, punya
rumah yang layak dan bisa berbagi dengan orang lain itu lebih dari
cukup. Saya menuliskan ini real dari pengalaman saya pribadi, insya
Allah tidak ada perasaan riya atau ingin dipuji tapi semata-mata saya
niatkan buat pembelajaran untuk kita semua. Bahwa rezeki Allah itu
fenomena yang tidak dapat dikalkulasi dengan hitungan matematika karena
sifatnya yang abstrak. Bukan wewenang kita untuk menentukan berapa
banyak rezeki yang kita terima, tapi itu adalah wilayahnya Allah.Kita
hanya meminta dan memantaskan diri untuk menerima.
Saya tutup tulisan ini dengan penekanan bahwa ibadah yang baik itu bukan
yang jumlahnya banyak tapi yang rutin dilakukan biar jumlahnya sedikit.
Demikain pula dengan zikir ini, bukan berapa kali hitungannya dalam
sehari tapi kontinuitasnya. Biar cuma 1 kali sehari tapi jika rutin itu
lebih baik dibanding 1000 kali tapi cuma sekali selama setahun. Semoga
Allah merahmati kita semua. Wallahu alam.
Sumber : lancarrezeki.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar